kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.934   -65,00   -0,41%
  • IDX 7.188   7,77   0,11%
  • KOMPAS100 1.103   0,19   0,02%
  • LQ45 873   -1,89   -0,22%
  • ISSI 221   1,68   0,77%
  • IDX30 446   -1,23   -0,27%
  • IDXHIDIV20 538   -0,41   -0,08%
  • IDX80 127   -0,01   -0,01%
  • IDXV30 135   -0,28   -0,21%
  • IDXQ30 149   -0,03   -0,02%

Berbenah diri di era revolusi industri 4.0


Rabu, 18 September 2019 / 10:25 WIB
Berbenah diri di era revolusi industri 4.0


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Era teknologi 4.0 memunculkan banyak perusahaan rintisan alias start up. Ini menjadi pemantik pertumbuhan perusahaan modal ventura di Indonesia. Kepada Wartawan KONTAN Merlinda Riska, Chief Executive Officer (CEO) PT Bahana Artha Ventura (BAV) Muhammad Sidik Heruwibowo, memaparkan strateginya untuk bisa unggul di bisnis yang semakin kompetitif ini.

Saya diangkat menjadi Direktur Utama Bahana Artha Ventura (BAV) pada 24 April 2018. Sebelum itu, saya lahir dan besar di Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak tahun 1990. BRI memiliki 35% saham BAV, sisanya 65% dimiliki oleh PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI).

Banyak nilai dan budaya perusahaan yang saya bawa dari BRI untuk diadopsi di perusahaan ini. Saya membiasakan seluruh karyawan untuk melakukan doa pagi bersama sebelum bekerja. Sesi doa pagi bertujuan meminta restu Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai wadah bagi karyawan di sini untuk saling sharing.

Saat saya masuk ke BAV, perusahaan ini memiliki strategi bisnis berupa pembiayaan saja. Saat ini, saya mengubahnya dengan melakukan berbagai diversifikasi usaha.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengubah visi. Visi yang ingin dicapai adalah menjadi perusahaan modal ventura terkemuka di Indonesia.

BAV didirikan tahun 1993 dan merupakan pelopor perusahaan modal ventura di Indonesia. Sebanyak 40% dari total perusahaan modal ventura di Indonesia adalah milik BAV.

BAV memiliki jaringan anak usaha bernama Perusahaan Modal Ventura Daerah (PMVD) di 25 provinsi. Namun, jumlah investasi yang disalurkan BAV baru 17% dari total modal ventura. Artinya, jumlah unit bisnisnya memang banyak, tapi nilainya kecil.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki aturan tentang modal ventura mulai tahun 2015. Aturan ini menyebutkan bahwa bisnis modal ventura bukan sekadar pembiayaan, tapi juga penyertaan saham dan program pemerintah.

Strategi 5 P

Hal inilah yang membuat saya lebih terarah mencapai visi dengan menuangkannya ke dalam strategi bisnis perusahaan yang disebut sebagai 5 P.

Pertama, pertumbuhan bisnis inti. Bisnis inti BAV adalah sebagai lembaga pembiayaan. Di bisnis inti ini, BAV kuat di segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Bisnis inti ini bisa tetap bertumbuh. Caranya dengan melakukan optimalisasi dana program kemitraan (PK) BUMN dan penyaluran pembiayaan ultra mikro (UMi). UMi ini juga merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat pra-sejahtera. Nilai pinjaman ini di bawah Rp 10 juta.

Sejak tahun 2017 hingga kini, BAV telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 1 triliun dengan menggandeng 40 koperasi dan mencakup 25 provinsi.

Non performing finance (NPF) BAV sampai sekarang nol. Strategi bekerja sama dengan koperasi ini membantu BAV untuk bisa tepat, terarah, dan terjaga secara bisnis.

Kedua, pengembangan produk baru. Strategi P kedua ini merupakan implementasi mandat dari aturan OJK berupa penyertaan modal. Tahun ini, saya menargetkan akan ada tiga perusahaan startup yang bisa diinjeksi oleh BAV.

Namun, perusahaan start up yang dipilih ini haruslah in line dengan strategi pertama. Perusahaan rintisan itu bisa dikolaborasikan untuk menyalurkan pembiayaan kepada UMKM.

Saat ini, BAV sedang dalam proses untuk bisa berkolaborasi dan melakukan penyertaan modal dengan Aruna, perusahaan startup di bidang sektor perikanan dan kelautan.

Kolaborasi dengan Aruna diharapkan bisa meningkatkan bisnis inti BAV. Karena BAV bisa berperan sebagai pemberi dana kepada Aruna untuk dipinjamkan kepada nelayan.

Ketiga, pengembangan teknologi. Dalam rangka menyongsong era revolusi industri 4.0, BAV harus mau berbenah diri. Bisnis di era ini sangat didukung oleh teknologi. Saya khawatir, saat ini teknologi di BAV tidak siap. Untuk itu, perlu penguatan teknologi yang terpadu dan komprehensif yang diharapkan mampu membuat bisnis tumbuh berkelanjutan.

Langkah yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang berbasis keuangan digital. Juga menyiapkan dasar yang kuat untuk aplikasi antar muka atau application program interface (API).

Keempat, peningkatan budaya kerja. Saya percaya, iklim kerja yang kondusif dan budaya kerja yang baik akan memacu semangat para karyawan.

Kelima, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Saya sadar, potensi, dan skill SDM sangat penting sehingga perlu didorong. Sebab, SDM merupakan roda utama untuk menjadikan BAV sebagai the most valuable perusahaan modal ventura.

Muhammad Sidik Heruwibowo
CEO Bahana Artha Ventura

Awalnya terpaksa, lama-lama jatuh cinta

Witing tresno jalaran soko kulino. Cinta tumbuh karena terbiasa. Peribahasa Jawa ini tepat menggambarkan kisah Muhamad Sidik Heruwibowo yang akhirnya jatuh cinta pada dunia audit. "Saya lulusan pertanian. Saya keblasuk (tersesat) ke dunia audit. Saya dipaksa untuk cinta," kata Sidik, panggilan akrabnya.

Saat kecil, Sidik memiliki impian untuk menjadi kepala di sebuah perkebunan. Untuk itulah, ia pun memilih jurusan teknologi pangan di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Sebagai lulusan pertanian, impiannya bukanlah bekerja di bank.

Namun, ibunda Sidik memintanya untuk mencoba tes masuk di BRI selepas lulus kuliah tahun 1989. Tidak disangka, Sidik berhasil lolos dan mulai mengabdi di BRI sejak 1990.

Hampir saja Sidik keluar dari BRI lantaran ia ditempatkan di Lumajang, Jawa Timur. Di sana, banyak sekali area perkebunan: ada kebun kopi dan kebun teh. Hampir saban Sabtu dan Minggu Sidik berkunjung dan mempelajari kebun di sekitar kantornya itu.

"Saya itu, saat awal-awal, namanya anak muda, masih galau. Walau sudah bekerja, hasrat dapat bekerja di kebun itu tetap ada," tuturnya. Tapi, dorongan untuk menjadi anak yang berbakti kepada orangtua membuat dia urung melamar kerja di sektor perkebunan. Beberapa waktu kemudian, ia malah dipindahtugaskan ke bagian auditor.

Mengenang awal karier di bagian auditor, Sidik merasa berat dan penuh perjuangan. "Saya bukan lulusan accounting. Audit ini kan erat dengan accounting. Saya malah dulu saat sekolah paling sebal kalau ada pelajaran ini. Tapi, saya harus mempelajarinya. Soalnya, saya enggak bisa keluar dari kerjaan ini. Saya takut durhaka sama ibu," kenangnya.

Sidik pun belajar dengan giat, membaca berbagai buku tentang audit dan accounting. Ia bahkan memiliki tiga sertifikasi yang diakui secara nasional dan internasional di bidang audit.

Sidik mempercayai, hasil tidak akan membohongi usaha. Benar saja, ia berkecimpung di dunia audit ini selama hampir 21 tahun. Bahkan, berkat kepiawaiannya dalam materi dan implementasi audit, ia dapat menduduki berbagai jabatan bergengsi di BRI.

Tahun 2008-2014, Sidik menjabat Kepala Bidang Pengembangan Standar dan Kualitas Audit. Kemudian, tahun 2014-2016, ia menjabat sebagai Wakil Pemimpin Wilayah Bidang Bisnis Jakarta 1. Pada 2016-2017, ia menjadi Inspektur Medan dan tahun 2017-2018 sebagai Kepala Divisi Transformasi Perusahaan. Awalnya terpaksa, lama-lama terbiasa. Setelah terbiasa, muncul rasa jatuh cinta. "Wah, kalau sudah cinta, rasanya enggak mau berhenti belajar audit. Filosofi jatuh cinta yang berujung tidak berhenti belajar ini juga saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari," imbuhnya.♦

Merlinda Riska

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×