kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fokus memacu produktivitas


Senin, 12 November 2018 / 16:07 WIB
Fokus memacu produktivitas
ILUSTRASI. Arie Prabowo Ariotedjo, Dirut PT Aneka Tambang Tbk


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Mesti Sinaga

KONTAN.CO.ID -  Sekitar bulan Maret tahun 2016, ketika sedang dalam masa cuti panjang di Medco saya mendengar bahwa Kementerian BUMN sedang melakukan fit and proper test untuk posisi direksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.

Lalu saya ikut. Karena melihat umur, mungkin ini sudah waktunya kembali mengabdi ke negara. Setelah menyerahkan curriculum vitae (CV) saya tahu kalau itu untuk PT Bukit Asam.

Saya tetap ikut, dan akhirnya diangkat jadi salah satu direksi. Awalnya waktu melakukan fit and proper test saya melamar untuk posisi direktur utama, tetapi ya sudah masuk saja. Meski tidak jadi ke Antam, buat saya ini lebih nyaman. Saya lebih menguasai industri batubara ketimbang mineral.

Setahun kerja di Bukit Asam, pada 1 Mei 2017 saya dipanggil 7 Menteri BUMN Rini Soemarno. Di situ saya diwawancara untuk posisi Direktur Utama di Antam. Saya ditanya gimana siap enggak kalau ditugaskan di Antam. Saya sih siap saja, meski saat itu kondisi Antam berat.

Waktu ketemu Bu Rini, salah satunya menanyakan bagaimana bisa memperbaiki Antam ke depan. Kemudian juga masalah pengembangan hilirisasi.

Tugas saya adalah membuat Antam lebih baik ke depan. Membuat Antam yang selama ini rugi bisa jadi untung.

Saat itu, masih belum pasti diputuskan menjadi direktur utama. Saya mengetahui terpilih menjadi Dirut setelah RUPS Antam. Saya dapat kabar itu dari sekretaris perusahaan Bukit Asam yang hadir di RUPS.

Dengan penunjukan terebut saya menerima jabatan Direktur Utama Antam tersebut sebagai amanah, sekaligus tugas berat. Kondisi Antam saat itu berat, tidak seperti di Bukit Asam yang kinerja finansialnya cemerlang. Sangat menantang.

Setelah masuk pertama kali saya melakukan pemetaan kurang lebih selama tiga bulan. Saya berupaya mengetahui bagaimana kondisinya dan apa saja masalahnya.

Saya melihat ada masalah leadership. Itu yang pertama saya evaluasi. Kemudian kami lakukan penataan bagaimana bisa mengembalikan ke posisi yang benar.

Kami melakukan rotasi, menempatkan orang agar the right man on the right place dan membuka komunikasi yang baik, sehingga orang-orang tahu kami harus membuat Antam menjadi lebih baik.

Strategi saya melalui peningkatan produktivitas, mengoptimalkan alat produksi yang ada.

Kalau melihat sekarang terjadi peningkatan penjualan emas itu terjadi tanpa investasi. Hanya memaksimalkan fasilitas logam pemurnian yang ada.

Salah satu yang saya lakukan adalah tidak lagi menerima jasa lebur dan cap. Sebelumnya di Antam orang bisa membawa emasnya untuk kami lebur dan cap lalu diberi sertifikat.

Kalau diperhatikan kondisinya waktu itu, orang sulit kalau mau cari emas di butik Antam Padahal Antam sendiri juga menjual emas. Mungkin ini karena ada bisnis lebur dan cap.

Saya lihat bisnis lebur dan cap justru membuat kompetisi terhadap produk kami sendiri. Lebur dan cap mungkin modalnya bisa lebih murah. Bisa saja dari emas gelap yang tidak tahu asal usulnya.

Selain itu bisnis ini marginnya tipis bagi Antam. Jasa lebur dan cap hanya Rp 5 juta per kg, tetapi kalau kita beli emas, mencetak lalu menjualnya bisa mendapatkan margin Rp 20 juta, dan kami tidak ada kompetitor terhadap produk sendiri.

Waktu saya menutup bisnis lebur dan cap banyak yang komplain. Ada yang bilang kalau saya melakukan ini, akan diboikot pedagang emas. Kenyataannya tidak, malah penjualan emas kami meningkat.

Setahun terakhir ini kami juga banyak melakukan kreasi baru. Misalnya, seri baru saat tahun baru Imlek, atau logo Hello Kitty bekerja sama dengan Jepang. Kami keluarkan seri batik dan belum lama ini meluncurkan kemasan emas yang disertai dengan security barcode untuk mengukur keaslian produk. Ini sulit dipalsu.

Alhamdulillah sekarang sudah terlihat hasil kinerjanya. Sebagai contoh waktu masuk di semester I 2017 pendapatan baru Rp 3,01 triliun, di semester I 2018 pendapatan Antam sudah Rp 11,7 triliun.

Kerugian di semester I-2017 Rp 496 miliar, tetapi di semester I 2018 sudah untung Rp 344 miliar.

Kemudian, kalau melihat dari produksi juga terjadi peningkatan cukup dalam di semua lini. Penjualan emas di semester I 2017 sebesar 2,7 ton tetapi sekarang di semester I 2018 sudah 13,2 ton.

Feronikel tahun lalu di semester I hanya 9.327 ton nikel dalam feronikel (TNi) tetapi semester I 2018 sudah menjadi 12.879 TNi. Bijih nikel sudah mencatatkan penjualan 1,9 juta wet metric ton (WMT) dari sebelumnya 326.000 WMT.

Sedangkan bijih bauksit tahun lalu baru penjualannya baru mencapai 200.000  WMT sekarang naik menjadi 416.000 WMT.

Mengerek produksi

Setelah ini, kami akan melanjutkan dengan upaya mengoptimalkan produktivitas dari masing-masing unit. Saya ingin bagaimana bisa memotivasi teman-teman untuk bekerja lebih produktif.

Saya melihat utilitas sejauh ini belum maksimal. Kalau sekarang mungkin baru 80%–85%. Masih ada ruang 10% lagi untuk ditingkatkan. Mungkin bisa dicapai dalam 6 bulan ke depan.

Caranya, bisa dimulai dari manusianya dulu. Bagaimana memotivasi ini ada kaitan dengan pemberian reward and punishment. Kami memberi penghargaan dalam bentuk bonus dan promosi. Tujuannya agar mereka melihat apa yang dilakukan benar-benar terbuka, objektif, bukan like or dislike.

Kebetulan, saya direktur utama pertama yang bukan berasal dari Antam sehingga untuk like or dislike relatif tidak, ada karena saya tidak kenal. Ini memungkinkan untuk lebih mudah untuk melakukan pemilihan orang secara objektif.

Sebagai pemimpin, saya juga harus bisa menimbulkan rasa percaya karyawan. Jalan perusahaan ini kan tergantung pimpinannya, kalau pimpinan tidak bisa memberi rasa percaya akan sulit.

Saya ingin karyawan percaya tujuan saya ke sini untuk membawa perusahaan ini jadi lebih baik. Saya menegaskan, saya tidak ada kepentingan apa-apa. Syukurlah, saya mendapa dukungan penuh, dan mereka bisa bekerja dengan lebih produktif.

Ke depan kami akan mengoptimalkan penjualan emas. Mudah-mudahan dengan pencapaian 13,7 ton di semester I 2018 paling tidak di akhir tahun bisa tercapai 25 ton atau 26 ton. Ini akan kami tingkatkan lagi sehingga dalam lima tahun kedepan bisa mencapai 40–45 ton.

Berdagang emas ini marginnya kecil, tetapi kalau dilihat dari perputaran uangnya besar. Misalnya di semester I 2018 lalu uang untuk menjual emas modalnya Rp 1 triliun dan keuntungan yang didapatkan bisa Rp 200 miliar.

Ini yang saya sebut low hanging fruit atau usaha  yang dengan mudah bisa dipetik, tanpa mengeluarkan belanja modal besar. Tinggal modal kerja saja yang ditingkatkan.

Bisnis ini juga tidak tergantung pada harga komoditas. Kami membeli emas dari Singapura. Tahun ini, produksi emas kami cuma 2 ton.

Kalau misalnya akhir tahun ditargetkan menjadi 25 ton artinya sisanya membeli dari luar. Harga berapa pun, kami cetak dan ambil margin sehingga bisnis aman.

Kemudian untuk feronikel kami mengembangkan pabrik di Halmahera Timur. Kapasitas pabrik 13.500 TNi. Mungkin di akhir tahun bisa melakukan pengujian dan semester II tahun 2019 bisa produksi komersial. Ini akan memberikan efek peningkatan produksi feronikel dan ore pada tahun depan.

Dasar mandatnya menurut Undang-undang No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan mineral dan batubara. UU mengharuskan perusahaan tambang mengembangkan hilirisasi. Mau tidak mau Antam juga harus melakukan hilirisasi tidak bisa menjual mentah.

Memang ada relaksasi ekspor tetapi itu akan berakhir 2022. Artinya kami harus sudah merencanakan jangan sampai terjadi seperti 2 atau 3 tahun lalu, saat pemerintah menghentikan ekspor ore, langsung rugi.

Kami juga sedang melakukan beauty contest untuk melakukan divestasi tambang nikel di Pulau Gag. Sejauh ini sudah mengerucut ke tiga terbaik. Diharapkan Oktober 2018 sudah bisa menunjuk.

Lahan tambang PT Gag Nikel berlokasi Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. PT. Gag Nikel merupakan salah satu perusahaan pemegang Kontrak Karya generasi VII dengan luas lahan 13.136 ha.

Kepemilikan Antam di PT Gag Nikel saat ini 100% Kami jual sekitar 30%–49% saham. Kami lepas saham tambangnya tetapi investor yang membangun smelternya. Jadi nanti mereka ada di dua perusahaan. Satu perusahaan tambang dan satu perusahaan smelter.

Kalau di perusahaan tambang, kami tetap menjadi mayoritas. Sedangkan di perusahaan smelter mungkin awalnya kami minoritas. Secara bertahap kami akan menjadi mayoritas.

Kenapa kami tidak mau langsung mayoritas? Karena mereka yang tahu segala macam teknologi dan operasionalnya. Belajar dari pengalaman lebih baik menyerahkan ke pihak yang mengerti dan menguasai sehingga risiko di awal tidak besar.

Setelah berjalan baik baru kami tingkatkan kepemilikan sahamnya. Ini memang salah satu strategi mitigasi risiko.

Kami melakukan strategi serupa di Tanjung Buli, Halmahera Timur. Kami sedang tahap finalisasi kerja sama nikel kadar rendah 1,7% dengan teknologi blast furnace. Fase I sekitar 7.00 ton nikel dalam NPi.

Setelah berhasil akan ditingkatkan menjadi 30.000 ton  nikel dalam NPi. Kami harapkan di proyek ini bisa mendapatkan penambahan kuota ekspor maksimum 2,6 juta WMT.

Selain itu ada proyek smelter di Halmahera Timur. Kami membangun 1 line dengan kapasitas produksi 13.500 TNi.  Harapan kami tahun ini sudah bisa melakukan feasibility study untuk tahap 2 dengan kapasitas 13.500 TNi.

Kami menargetkan pada 2022 produksi feronikel Antam bisa mencapai 121.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel. Kami sudah punya 27.000 TNi di Pomala, 27.000 TNi di Halmahera Timur, di Pulau Gag bisa 40.000 ton TNi dan di Tanjung Buli bisa 30.000 ton NPi.

Sementara untuk bauksit, kami sudah punya Chemical Grade Alumina di Tayan, Kalimantan Barat. Sekarang produksi sedang slow down sekaligus maintenance untuk persiapan produksi kembali di kuartal III 2018 nanti.

Kami juga punya smelter Grade Alumina bekerja sama dengan Inalum dan Chalco. Sekarang sedang tahap pembebasan lahan. Kami harapkan akhir 2018 sudah mulai pembangunan dan bisa selesai 2 tahun. Nantinya kapasitas keseluruhan bisa mencapai 2 juta ton alumina.

Target kami, tahun ini bisa mengekspor bauksit sebanyak 1,2 juta WMT, atau naik dibanding dengan 2017 sebanyak 790.000 WMT. Ekspor nikel 3,9 juta WMT dari sebelumnya 2,6 juta WMT. Lalu penjualan emas 25 ton dari tahun lalu 13,2 ton.

Sekarang Antam fokus ke tiga komoditas: bauksit, nikel dan emas. Pada 2017 kami divestasi zink karena tidak punya kemampuan di bisnis itu.       ◆

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×