Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Dalam tiga dekade menjalani karier, sudah dua kali Arviyan Arifin menjabat sebagai direktur utama di sebuah perusahaan. Menariknya, kedua bidang usaha perusahaan tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan disiplin ilmunya sebagai insinyur teknologi industri. Keberanian menghadapi tantanganlah yang mengantarkan dia di tangga karier.
Arviyan Arifin kini menjabat sebagai Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sebelum bergelut di industri pertambangan, dia malang-melintang di industri perbankan. Siapa sangka jika dia adalah insinyur teknologi industri jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Semasa kecil, tak pernah terbersit dalam benak pria kelahiran Padang, 27 April 1964 itu untuk memiliki impian setinggi langit. Hidup di tengah keluarga yang sederhana, menjadikan Arviyan kecil cukup puas memiliki cita-cita untuk segera mendapatkan pekerjaan agar bisa memperbaiki kondisi perekonomian keluarga.
Maklum, Arviyan adalah sulung dari lima bersaudara. Sang ibu berprofesi sebagai guru sedangkan sang ayah adalah pensiunan pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Kondisi itulah yang memompa semangatnya untuk segera hidup mandiri.
Kala itu, ibunda Arviyan juga sempat memberikan wejangan. "Karena kami ini dari keluarga yang tidak berkecukupan, ya ibu saya mengatakan kalau mau mengubah nasib, harus sekolah dan kerja keras," cerita Arviyan saat dijumpai KONTAN di kantor PT Bukit Asam Tbk pekan lalu.
Selain keluarga, lingkungan juga turut membentuk karakter Arviyan. Dia lahir di Kota Padang, Sumatra Barat. Seperti stigma pada umumnya, uda berdarah Minang tersebut juga bukan jago kandang. Selepas lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Arviyan memilih untuk merantau ke Bandung demi bersekolah di ITB.
Selepas menyandang gelar insinyur ITB pada tahun 1988, Arviyan langsung memasuki dunia kerja. Dia mengawali karier sebagai staf perencanaan dan pengendalian produksi di PT United Tractor. Setahun dia berkarier di sana.
Perjalanan karier Arviyan selanjutnya menjadi babak pembuka ekspansi ke bidang yang tidak berkaitan dengan disiplin ilmu sebagai insinyur. Dia putar haluan ke industri perbankan. Bank Duta menjadi pelabuhan pertama suami dari Farida tersebut.
Rupanya, disiplin ilmu yang berbeda tidak menghalangi Arviyan. Selama setahun awal, dia berusaha keras untuk mempelajari bisnis perbankan. Usaha pun tidak mengkhianati hasil. Tiga tahun bekerja di Bank Duta, Arviyan menduduki jabatan manager kredit dan pemasaran. Hingga akhirnya, dia naik jabatan menjadi corporate banking.
Pengalaman bekerja di Bank Duta selama tiga tahun menjadi bekal yang sangat berharga bagi Arviyan. Tahun 1992, dia memberanikan diri untuk pindah kapal ke Bank Muamalat. Menurutnya, kala itu industri perbankan dan ekonomi syariah belum bergairah seperti sekarang. Seperti diketahui, Bank Muamalat memelopori industri bank syariah di Indonesia.
Meskipun sama-sama sektor perbankan, Arviyan tetap merasa belajar hal baru di Bank Muamalat. Bersama dengan tim, dia bekerja keras membuat ekonomi syariah lebih memasyarakat kendati implementasinya tidak mudah.
Namun, perjalanan karier Arviyan tak selalu mulus. Saat sedang getol-getolnya menyosialisasikan ekonomi syariah, badai krisis moneter menghantam perekonomian Indonesia pada tahun 1998. Akibatnya, ekonomi nasional tumbang dan banyak perbankan yang berguguran. Beruntung, Bank Muamalat mampu bertahan.
Tatkala badai krisis ekonomi mulai mereda, Bank Muamalat menunjuk Arviyan sebagai ketua tim restrukturisasi aset. Sekitar tahun 1999, bank syariah tersebut bisa dinyatakan mulai kembali stabil. Pada tahun itu pula, dia didapuk sebagai direktur bisnis.
Cobaan kembali datang. Ayahanda Arviyan berpulang di hari yang sama dengan pengangkatannya sebagai direktur tersebut. Bahkan ayahnya belum sempat mengetahui pencapaian terbaru sang anak.
"Jadi beliau pada saat itu tidak mengetahui kalau saya jadi direktur karena beliau meninggal jam 5 pagi sedangkan RUPS (rapat umum pemegang saham) Bank Muamalat itu jam 11 siang," tuturnya.
Arviyan sadar segala kejadian dalam hidup sudah diatur oleh Sang Pencipta. Makanya, dia tidak ingin terlalu lama berkutat dalam kesedihan. Dengan memanggul jabatan baru, Arviyan segera fokus untuk mencari peluang pengembangan bisnis. Posisi Bank Muamalat yang merupakan satu-satunya bank syariah kala itu memiliki banyak ceruk yang bisa dikulik.
Selama 10 tahun, Arviyan berupaya menciptakan terobosan-terobosan bagi Bank Muamalat. Kerja keras itu terbayar. Perlahan, kinerja Bank Muamalat meningkat.
Dari sisi aset misalnya, bank itu mencatatkan nilai Rp 12,6 triliun pada tahun 2008. Padahal, nilai aset pada tahun 1999 hanya Rp 693 miliar. Capaian tersebut menjadi bukti bahwa usaha untuk meyakinkan masyarakat dan pasar selama ini, berhasil.
Seiring dengan rapor Bank Muamalat yang mendaki, karier Arviyan turut terangkat. Pada tahun 2009, Arviyan didaulat menjadi Direktur Utama Bank Muamalat. Dia menjadi orang nomor satu di bank syariah tersebut sejak 2009–2014.
Karier pasca pensiun
Gairah Arviyan untuk mengembangkan Bank Muamalat tak lantas terhenti usai menjabat sebagai direktur utama. Hasilnya, selama 4,5 tahun memegang tampuk kepemimpinan, aset Bank Muamalat kembali melesat 358% menjadi Rp 55 triliun per tahun 2013.
Sementara dari sisi non finansial, cabang Bank Muamalat menjadi sekitar 500 hingga tahun 2014, termasuk pula sebuah gedung milik sendiri, yakni Muamalat Tower di kawasan Casablanca, Kuningan, Jakarta. Padahal tahun 1999 baru ada lima cabang Bank Muamalat.
Arviyan menutup masa bakti sebagai Direktur Utama Bank Muamalat pada usia menginjak 50 tahun. Dia pensiun sejak Juni 2014. Terhitung, 22 tahun dia berkarier di sana. "Itulah kepuasan-kepuasan selama saya bekerja di perbankan," kenangnya.
Namun, masa pensiun Arviyan hanya bertahan dua tahun. Pada April 2016, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memintanya menjadi Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk.
Tak cuma kembali menghidupkan mesin yang sempat rehat, mau tidak mau Arviyan juga harus mempelajari hal baru, yakni industri pertambangan. Sementara, harga komoditas batubara juga sedang tidak bergairah. Harga rata-rata batubara acuan (HBA) tahun 2016 adalah US$ 61,84 per ton atau di bawah HBA tahun lalu yakni US$ 98,96 per ton.
Langkah perdana Arviyan di Bukit Asam adalah mengidentifikasi peluang dan tantangan di tengah industri batubara yang redup, Menurutnya, hanya ada satu resep untuk membawa perusahaan tersebut tidak semakin terjerembab, yakni efisiensi. Target efisiensi pada lini investasi dan operasional. Arviyan juga mengkaji ulang proyek-proyek yang tidak layak.
Berkat langkah tersebut, Bukit Asam mampu menghemat hingga Rp 4,5 triliun. Alhasil, laba bersihnya terdongkrak, dari semula Rp 2,01 triliun per Desember 2016 menjadi sekitar Rp 4,48 triliun pada tahun berikutnya. Sementara pada tahun lalu, laba bersih tercatat Rp 5,1 triliun.
Penerapan strategi efisiensi tidak hanya berlaku pada saat harga batubara sedang turun. Namun, Arviyan tetap menerapkannya pada harga komoditas tersebut meroket. "Segala macam kami efisiensikan tapi satu yang tidak boleh diefisiensikan adalah kesejahteraan karyawan," katanya.
Selain efisiensi, Arviyan juga ingin memastikan batubara kedukan Bukit Asam bisa memiliki nilai tambah. Pasalnya, batubara bukan sekadar komoditas, melainkan juga sumber energi. Karena itulah, dia membawa Bukit Asam untuk melakukan transformasi bisnis di bawa tagline: Beyond Coal.
Saat ini, Bukit Asam tengah berupaya mengembangkan hilirisasi batubara. Lewat gasifikasi batubara, perusahaan tersebut ingin mengolah batubara menjadi liquified petroleum gas (LPG), pupuk, dan polipropilena.
Sejalan dengan proses transformasi bisnis tersebut, Bukit Asam mempercepat pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel 8 berkapasitas 2x620 megawatt (MW). Proyek setrum itu sudah masuk tahap financial closed alias mendapatkan kepastian pendanaan pada 2017.
Selama kurang lebih tiga dekade berkarier, Arviyan senantiasa memegang lima prinsip dalam bekerja dan memimpin. Kelimanya meliputi fokus, bersungguh-sungguh, cepat beradaptasi, integritas dan ikhlas.
"Lillahitaala dan anggap saja kerja itu sebagai bagian dari ibadah," ujarnya.
Sementara sebagai orang berdarah Minang, Arviyan memegang prinsip kearifan lokal yang menyebutkan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah atau berarti adat bersendikan hukum dan hukum bersendikan Kitabullah.
Sebagai pribadi maupun pimpinan, dia menjadikan Rasulullah Muhammad SAW, sebagai teladan terbaik.
Teladan terbaik Arviyan berikutnya adalah sang ibu. Dia menilai, sang ibunda memiliki sifat yang tangguh dalam membesarkan lima orang anak. Padahal sang ayah dalam kondisi sudah pensiun. Maka masa kecil dulu, dia melihat sang ibu pontang-panting menyekolahkan Arviyan dan keempat saudara kandungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News