kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencari modal kepercayaan


Senin, 14 Januari 2019 / 14:52 WIB
Mencari modal kepercayaan


Reporter: Harian Kontan | Editor: Mesti Sinaga

KONTAN.CO.ID -  Saya selalu menegaskan kepada diri saya bahwa menjadi pemimpin itu tidak mudah. Prinsip ini saya pegang sejak awal saya ditugaskan memimpin di dalam organisasi dan unit sebuah perusahaan.

Sebab, seorang pemimpin adalah panutan bagi semua personel yang dipimpin. Untuk itu, pemimpin harus bisa membayar kepercayaan yang diberikan.

Bagi saya modal utama untuk mendapat kepercayaan sebagai pemimpin adalah track record alias rekam jejak dan pengalaman.

Ketika orang lain yang akan dipimpin tidak mengenal Anda dengan baik, dapat dipastikan mereka akan mencari rekam jejak dan prestasi dari semua pengalaman yang dimiliki sehingga bisa mencapai posisi sebagai pemimpin mereka. Hal ini terjadi secara alami untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Saya tak memungkiri fakta ini, saat ditunjuk untuk menjadi pemimpin di PT Len Industri, bekal yang saya bawa adalah saya bekerja selama puluhan tahun di PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Meski sama-sama Badan Usaha Milik Negara, tapi lini bisnisnya agak beda. Ini yang mesti saya buktikan bahwa saya mampu bekerja di Len sebaik atau bahkan lebih baik dari saat bekerja di WIKA.

Pembuktian tersebut diawali dengan niat, baik untuk belajar dengan hal baru maupun niat untuk benar-benar bekerja meningkatkan kinerja perusahaan.

Saya adalah orang yang suka tantangan. Makanya,  ketika datang dan mendapat mandat untuk memimpin Len, saya tak ragu untuk menghampirinya. Hal ini sesuai dengan prinsip awal saya ketika ingin berkarier sebagai seorang profesional.

Prinsip saya, semua yang ada di puncak pasti berawal dari bawah. Untuk mencapainya perlu ketekunan dan mengikuti langkah demi langkah yang ada.

Menurut saya, semua harus dihadapi dan jangan dihindari karena jadi bagian untuk mengukur kemampuan. Dari sini, saya coba menghayati bahwa saya harus maju ke depan ketika memutuskan untuk menerima jabatan memimpin Len.  

Sebagai perusahaan elektronika dengan tingkat pekerjaan teknis yang cukup tinggi dan rumit, bekerja di Len membuat saya harus kembali beradaptasi ulang alias belajar dari awal.

Saya percaya, pemimpin tak hanya perlu menguasai manajemen perusahaan tapi juga teknis dari pekerjaan yang digeluti perusahaan tersebut. Hal ini penting, karena bagi saya pemimpin perusahaan adalah pemimpin semua tim di perusahaan, termasuk memimpin tim-tim teknis.

Saya juga menyadari, ketika pemegang saham perusahaan  menunjuk seseorang jadi pemimpin, mereka berekspektasi dan menginginkan agar perusahaan bisa lebih baik dari hasil sebelumnya.  

Nah, untuk bisa dapat hasil lebih baik, pemimpin ini harus mendapat kepercayaan penuh dari semua tim di perusahaan. Bagaimana bila pengalaman dan rekam jejak tak cukup kuat untuk mendapatkan kepercayaan penuh, solusinya pembuktian.

Pembuktian awal adalah meyakinkan semua elemen perusahaan bahwa saya bisa menjadi bagian dari tim yang ada di perusahaan.

Saya memberikan contoh kepada para pegawai yang saya pimpin. Awalnya, resistensi pasti ada, terlebih saya juga berusaha menerapkan kebijakan para karyawan harus belajar tentang banyak hal dan tak boleh berada di zona nyaman (comfort zone).

Bagi saya, sulit membayangkan kemajuan sebuah perusahaan apabila pekerjanya hanya fokus pada titik dan capaian yang sama terus menerus dalam waktu yang lama.                                   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×