Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Mesti Sinaga
KONTAN.CO.ID - Awalnya, Eurokars hanya salah satu diler dari Mazda. Sampai akhirnya pada Februari 2017, Eurokars Motor Indonesia (EMI) ditunjuk sebagai agen pemegang merek Mazda di Indonesia.
Eurokars dipercaya karena kinerjanya sudah terbukti memegang Mazda di Singapura, yaitu bisa meningkatkan penjualan Mazda dari 300 per tahun menjadi 8.000 per tahun dalam waktu lima tahun.
Nah, di Februari 2017 itulah, saya dipercaya untuk memimpin EMI. Saya diharapkan untuk bisa meningkatkan penjualan Mazda dan tentunya memperbaiki image Mazda di Indonesia.
Saya memang belum memiliki pengalaman di dunia otomotif. Maklum saja, sebelum bergabung dengan Mazda, saya 26 tahun bergelut di perusahaan perbankan.
Kalau dulu saya jualan duit, sekarang jualan mobil. Dulu saya menawarkan kredit atau tabungan ke nasabah. Saat itu, saya harus memastikan bahwa bank saya itu sehat.
Sebenarnya di otomotif juga sama. Saya harus jualan, tapi lebih ke produk berupa mobil. Saya lebih senang memimpin bisnis ini karena saya melihat mobil itu punya desain dan fungsinya yang terus berkembang, sehingga industri ini lebih dinamis.
Budaya saat di perbankan sebenarnya saya terapkan juga di Mazda, terutama budaya disiplin dan kepatuhan pada regulasi. Yang terpenting buat saya, saya bisa jadi pemimpin yang terbuka dan mau mendengarkan masalah karyawan saya.
Makanya, kantor kami dibuat terbuka alias tidak ada sekat-sekat. Kami juga mengedepankan kerja tim. Tidak hanya dengan tim di kantor ini, tetapi juga dengan diler-diler.
Saat ini, saya punya 70 karyawan saja. Dengan jumlah yang sedikit itu, sebenarnya asas kekeluargaan lebih terasa. Ini berbeda ketika saya di perbankan yang jumlah karyawannya banyak dan cabangnya di mana-mana. Sulit untuk mengenal satu sama lain.
Harapan saya untuk karyawan di sini sebenarnya sederhana saja. Mereka harus tahu soal mobil dan punya passion di dunia otomotif.
Barulah yang paling penting dapat bekerja bersama tim. Bersama tim inilah, saya harus berusaha membenahi Mazda secara eksternal dan internal.
Genjot penjualan
Dulu, Mazda dikenal punya produk dan sejarah yang bagus-bagus. Sayangnya, sejak beberapa tahun terakhir, penjualan Mazda justru tertekan.
Di awal tahun 2000, penjualannya bisa 11.000 unit per tahun. Lama kelamaan menurun dan di 2016 tercatat hanya sekitar 5.000 unit.
Pada 2017 lalu, di bawah EMI, penjualan Mazda memang baru 4.000 unit. Itu lebih karena masa peralihan dan memang butuh waktu untuk mendatangkan produk-produk baru.
Kemudian di 2018, kami bisa mulai meningkatkan penjualan menjadi hampir 6.000 unit. Targetnya tahun ini penjualan bisa menembus 7.000 unit.
Strategi yang digunakan adalah melengkapi model-model Mazda di Indonesia. Sebelumnya Mazda hanya bergantung pada dua model, yaitu Mazda 2 dan Biante.
Lalu di 2017, kami coba perkenalkan Mazda CX3 baru. Disusul dengan New CX5 pada 2018. Kami juga memasukkan CX9 dan Mazda 6 untuk kelas sedan.
Produk-produk tersebut juga untuk menunjukkan ke masyarakat bahwa Mazda adalah merek Jepang yang premium, karena menawarkan fitur lebih baik dari merek lain asal Jepang.
Kami juga gencar menunjukkan konsistensi branding premium tersebut lewat media sosial.
Bukan cuma dari sisi eksternal yang kami perbaiki, internal kami juga terus dibenahi. Apalagi soal servis dan aftersales. Banyak yang bilang, sparepart Mazda itu susah didapat.
Makanya, kami perbaiki stok manajemen suku cadang. Dengan begitu, konsumen tidak perlu menunggu lama jika ingin mengganti suku cadang.
Bukan cuma itu, kami juga melakukan evaluasi pada kinerja diler-diler. Beberapa diler yang performa penjualannya kurang bagus atau mendapat banyak protes dari konsumen, terpaksa kami tutup.
Di 2018 lalu, kami menutup dua diler, salah satunya di Serpong. Namun, kami sedang menyiapkan untuk penggantian diler. Saat ini masih dalam tahap negoisasi dengan investor baru.
Bangun diler itu tidak semudah saat menutup karena harus mencari tanah dan butuh waktu untuk pembangunan.
Sekarang ini, Mazda memiliki 31 diler dan harapannya tahun ini ada tiga diler baru. Ketiga diler akan dibangun di Jabodetabek karena memang pasar Mazda masih besar di daerah ini. Kurang lebih 50%–60% penjualan mobil Mazda ditopang dari daerah Jabodetabek.
Peluang yang saya lihat untuk Mazda adalah pasar premium yang masih bagus. Kalau dilihat sekarang, orang terpaksa naik mobil karena perlu alat transportasi.
Sayangnya, alat transportasi di Indonesia belum memadai. Ke depan, kalau transportasi publik sudah bagus, orang akan lebih sering menggunakan transportasi tersebut.
Namun saya yakin, mobil premium tidak akan terpengaruh karena biasanya jenis ini dibeli dengan alasan faktor kenyamanan, bukan kebutuhan.
Hanya saja tahun ini, kami belum bisa maksimal menggenjot penjualan. Soalnya, orang masih akan fokus pemilu. Apabila pemilu lancar dan rupiah lebih stabil, daya beli orang akan lebih tinggi.
Saya rasa, kami baru bisa menggenjot penjualan di semester dua. Makanya, di semester dua nanti, Mazda berencana meluncurkan tiga produk baru
Sekadar catatan, EMI bertindak sebagai importir dan distributor Mazda. Penjualan ditangani diler-diler yang bekerjasama dengan EMI.
Kami sebenarnya membantu juga berjualan, tetapi bukan eceran. Kami menawarkan Mazda ke instansi swasta dan pemerintahan.
Memang belum kelihatan dampak signifikan ke penjualan, karena program ini baru mulai tahun lalu, tetapi respon mereka cukup positif. ◆
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News